Senin, 11 April 2011

Adopsi IFRS untuk Daya Saing di Masa Depan

Mengapa Enron, salah satu raksasa energi Amerika Serikat, dapat mencapai pertumbuhan yang fenomenal dalam waktu singkat, kemudian jatuh bangkrut dalam waktu yang singkat pula? “Ilmu” apakah yang dipakai Jeff Skilling, si jenius lulusan Harvard Business School dan mantan konsultan firma terkemuka McKinsey untuk mencapai semua itu? Jawabnya: akuntansi. Siapakah yang “melindungi” dan meng-approve praktik akuntansi Enron sebelum terungkap? Tak lain adalah akuntan publik Arthur Andersen.

Akuntansi merupakan satu-satunya bahasa bisnis utama di pasar modal. Tanpa standar akuntansi yang baik, pasar modal tidak akan pernah berjalan dengan baik pula karena laporan keuangan merupakan produk utama dalam mekanisme pasar modal. Efektivitas dan ketepatan waktu dari informasi keuangan yang transparan yang dapat dibandingkan dan relevan dibutuhkan oleh semua stakeholder (pekerja, suppliers, customers, institusi penyedia kredit, bahkan pemerintah). Para stakeholder ini bukan sekadar ingin mengetahui informasi keuangan dari satu perusahaan saja, melainkan dari banyak perusahaan (jika bisa, mungkin dari semua perusahaan) dari seluruh belahan dunia untuk diperbandingkan satu dengan lainnya.

Pertanyaannya, bagaimana kebutuhan ini dapat terpenuhi jika perusahaan-perusahaan masih menggunakan bentuk dan prinsip pelaporan keuangan yang berbeda-beda? International Accounting Standards, yang lebih dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS), merupakan standar tunggal pelaporan akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka akuntasi berbasiskan prinsip yang meliputi penilaian profesional yang kuat dengan disclosures yang jelas dan transparan mengenai substansi ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait transaksi tersebut. Dengan demikian, pengguna laporan keuangan dapat dengan mudah membandingkan informasi keuangan entitas antarnegara di berbagai belahan dunia.

Implikasinya, mengadopsi IFRS berarti mengadopsi bahasa pelaporan keuangan global yang akan membuat suatu perusahaan dapat dimengerti oleh pasar global. Suatu perusahaan akan memiliki daya saing yang lebih besar ketika mengadopsi IFRS dalam laporan keuangannya. Tidak mengherankan, banyak perusahaan yang telah mengadopsi IFRS mengalami kemajuan yang signifikan saat memasuki pasar modal global.

Di dunia internasional, IFRS telah diadopsi oleh banyak negara, termasuk negara-negara Uni Eropa, Afrika, Asia, Amerika Latin dan Australia. Di kawasan Asia, Hong Kong, Filipina dan Singapura pun telah mengadopsinya. Sejak 2008, diperkirakan sekitar 80 negara mengharuskan perusahaan yang telah terdaftar dalam bursa efek global menerapkan IFRS dalam mempersiapkan dan mempresentasikan laporan keuangannya.

Dalam konteks Indonesia, konvergensi IFRS dengan Pedoman Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin daya saing nasional. Perubahan tata cara pelaporan keuangan dari Generally Accepted Accounting Principles (GAAP), PSAK, atau lainnya ke IFRS berdampak sangat luas. IFRS akan menjadi kompetensi wajib-baru bagi akuntan publik, penilai (appraiser), akuntan manajemen, regulator dan akuntan pendidik. Mampukah para pekerja accounting menghadapi perubahan yang secara terus-menerus akan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pasar global terhadap informasi keuangan? Bagaimanakah persiapan Indonesia untuk IFRS ini?

Sejak 2004, profesi akuntan di Indonesia telah melakukan harmonisasi antara PSAK/Indonesian GAAP dan IFRS. Konvergensi IFRS diharapkan akan tercapai pada 2012. Walaupun IFRS masih belum diterapkan secara penuh saat ini, persiapan dan kesiapan untuk menyambutnya akan memberikan daya saing tersendiri untuk entitas bisnis di Indonesia.

Dengan kesiapan adopsi IFRS sebagai standar akuntansi global yang tunggal, perusahaan Indonesia akan siap dan mampu untuk bertransaksi, termasuk merger dan akuisisi (M&A), lintasnegara. Tercatat sejumlah akuisisi lintasnegara telah terjadi di Indonesia, misalnya akuisisi Philip Morris terhadap Sampoerna (Mei 2005), akuisisi Khazanah Bank terhadap Bank Lippo dan Bank Niaga (Agustus 2005), ataupun UOB terhadap Buana (Juli 2005). Sebagaimana yang dikatakan Thomas Friedman, “The World is Flat”, aktivitas M&A lintasnegara bukanlah hal yang tidak lazim. Karena IFRS dimaksudkan sebagai standar akuntansi tunggal global, kesiapan industri akuntansi Indonesia untuk mengadopsi IFRS akan menjadi daya saing di tingkat global. Inilah keuntungan dari mengadopsi IFRS.

Bagi pelaku bisnis pada umumnya, pertanyaan dan tantangan tradisionalnya: apakah implementasi IFRS membutuhkan biaya yang besar? Belum apa-apa, beberapa pihak sudah mengeluhkan besarnya investasi di bidang sistem informasi dan teknologi informasi yang harus dipikul perusahaan untuk mengikuti persyaratan yang diharuskan. Jawaban untuk pertanyaan ini adalah jelas, adopsi IFRS membutuhkan biaya, energi dan waktu yang tidak ringan, tetapi biaya untuk tidak mengadopsinya akan jauh lebih signifikan. Komitmen manajemen perusahaan Indonesia untuk mengadopsi IFRS merupakan syarat mutlak untuk meningkatkan daya saing perusahaan Indonesia di masa depan.

Thursday, January 28th, 2010
oleh : Neviana

Grand Jean Company

Sejarah

Grand Jean Company didirikan pada pertengahan abad ke-19. Perusahaan tersebut bertahan menghadapi tahun – tahun penuh kesulitan pada tahun 1929 yang mengalami depresiasi besar akibat dari daya tahan pasar pada produk yang dominan tersebut – Jean Blue Denim. Grand Jean menguasai pasar dengan “ wash – and wear “, bell – bottom, dan jean flare, serta celana panjang kasual modern. Pada tahun 1989 perusahaan ini menjadi manufaktur pakaian terbesar di dunia. Perusahaan tersebut menyediakan bermacam – macam baju dan pakaian jean untuk pria dan wanita dan celana panjang wanita dengan jenis yang lengkap. Hal tersebut merupakan suatu reputasi yang layak untuk dihargai, celana yang berkualitas. Selama 30 tahun, Grand Jean sebenarnya menjual semau produksinya dan sering memberikan kuota kepada pembeli celana paling cepat 4 bulan, sebenarnya untuk menutup produksi selama 1 tahun. Perusahaan memiliki 25 pabrik untuk manufaktur dengan kapasitas produksi sebesar 20.000 celana per minggu. Namun, produksi ini tidak cukup untuk memenuhi permintaan di pasar. Sebagai hasil dari itu, perusahaan memutuskan untuk mempekerjakan produsen independen. Tahun lalu, para kontraktor ini menghasilkan sepertiga dari total penjualan. Grand jean adalah perusahaan yang memiliki fungsi fungsional.

Permasalahan

1. Grand Jean memiliki organisasi fungsional dan hal itu menyebabkan beberapa kelemahan: tidak ada cara nyata untuk menentukan efektivitas divisi fungsional terpisah (produksi dan pemasaran). Namun, ada kesenjangan yang nyata dalam organisasi karena divisi pemasaran lebih tinggi diberikan dari manajer produksi.

2. Tom Wicks, mengatakan bahwa perusahaan menggunakan kontraktor luar dalam memproduksi celana. Mereka telah bekerja sama selama 30 tahun. Apakah kontaktor yang bekerja sama dengan Grand Jean Company dapat selalu memenuhi jumlah kuota produksi yang di tetapkan oleh Grand Jean Company????

3. Bagaimana penentuan harga antara pihak kontraktor dengan Grand Jean Company???

Landasan Teori

Tom Wicks, wakil direktur untuk operasi produksi memberikan pendapat perusahaan menggunakan kontraktor luar ; “ sebagian besar kontraktor ini telah bekerja sama dengan kita selama 5 tahun atau lebih. Beberapa dari mereka telah memberikan pelayanan grand jean secara efisien dan dapat di andalkan selama 30 tahun. Apa yang kita harapkan untuk mencapai produksi celana panjang, kita mengetahui beberapa jaringan bebas yang tidak mengetahui apa yang mereka kerjakan dan kekuatan untuk keluar dari bisnis setelah 1 tahun atau mungkin karena biayanya terlalu tinggi.

Sistem pengendalian yang di gunakan oleh Grand Jean Company adalah menjaga 25 manufakturnya seperti pusat biaya. Operasi pada setiap pelaksanaannya telah teruji tentunya yang terkait dengan industri dan pengaturan biaya. Grand jean company juga mengetahui sejauh mana tingkat total waktu produksi setiap memulai mengembangkan standart waktu untuk setiap bentuk dasar jenis celana panjang yang dibuat. Mereka juga menggunakan informasi ini untuk menganggarkan biaya pelaksanaanya. Staff pemasaran mempekirakan kuantitas celana panjang sebagian tipe yang akan di produksi untuk beberapa tahun. Informasi itu digunakan untuk membagi jumlah produksi di dalam pelaksanaannya.

Rencana anggaran dibuat oleh Tom Wicks dan staffnya dengan membandingkan apakah penempatan bagian ( dalam celana panjang ) untuk setiap bulan akan dicapai dalam satu tahun sekali. Mereka melihat pada kinerja yang lalu dan menambahkan sebagian kecil ini karena mereka mengharapkan para pekerja akan memperbaikinya. Anggaran awal tahun diperbaiki pada setaip akhir bulan dengan mendasarkan produksi pada bulan sebelumnya. Jika manajer pelaksana menjalankan anggaran ini, kita anggap dia telah melakukan pekerjaan dengan baik. Jika dia tidak dapat menemukan bagianya, maka para pekerjanya tidak melakukan pekerjaanya pada apa yang mesti dilakukan, hal itu berdampak pada tingkat kecepatan dan efisiensi. Atau mungkin tingkat ketidak hadiran atau perputaran pekerja, masalah besar dalam pabrik kita, membawa dampak yang sangat besar. Ketika kuota tidak tercapai, kita ingin mengetahui mengapa dan berusaha memperbaiki masalah secepat yang kita bisa.

Dengan mengetahui kecendrungan jumlah celana panjang yang diproduksi dalam pabrik selama 1 bulan, maka dapat menentukan jumlah standar jam kerja yang diperlukan dalam 1 bulan. Tom Wicks selalu menelpon setiap manajer pelaksana tiap bulan untuk memberikan umpan balik secara cepat, walaupun kinerja nya memuaskan maupun tidak. “ Kita hanya melihat sisi yang lain dalam mengevaluasi seorang manajer pelaksana. Apakah hubungan komunitas berjalan dengan baik? Apakah pekerjanya merasa senang? Pemilik perusaan sangat memperhatikan faktor ini.

Bonus tahunan diberikan anak cabang Grand Jean Company sebagai suatu sistem hadiah. Wicks dan kedua asisten pemimpinnya menghitung kinerja setiap manajer pelaksana dalam skala 1 sampai 5, dimana 5 merupakan angka tertinggi. Di akhir tahun, manajer tingkat atas Grand Jean Company menetapkan bonus dengan mengevaluasi kinerja perusahaan secara keseluruhan dan keuntungan dalam setahun. Dasar bonus yang di tetapkan setinggi $ 10000. Tingkat kinerja untuk setiap bagian anggota manajemen digandakan dengan dasar penetapan bonus yang diberikan manajer. Sebagi contoh manajer mendapat tingkat poin 3 akan menerima bonus $ 30000.

Group Manajemen Grand Jean melibatkan bagian keuangan dan pemasaran yang ahli di bidangnya. Lima departemen pemasaran diperlakukan seperti pusat pendapatan. Perkiraan Marketing digunakan untuk mengatur unit penjualan dan target penjualan. Kinerja departemen bagian pemasaran diukur berdasarkan target yang dicapai. Untuk menemukan perubahaan permintaan konsumen , frekuensi perubahan dalam bauran produk sangat penting. Kekuatan pemasar menjual semua jenis jean dalam suatu wilayah teritorial. Kompensasi mereka terdiri dari gaji ditambah 8 % komisi penjualn. Komisi menunjukkan keadaan secara kasar separuh rat – rata komisi penjualan perorangan, Konsumennya adalah toko retail dan distributor pakaian. Untuk perkiraan kinerja departemen pemasaran , penjualn setiap jenis celana panjang tanggung jawab diberikan kepada departemen pemasaran. Manajer departemen pemasaran berpartisipasi dalam pemberian sistem bonus perusahaan.

Menurut Mia Packard tentang sistem pengendalian yang dipakai oleh Grand Jean Company “ Wicks adalah seorang eksekutif yang baik , dan dia seorang pebisnis yang pandai. Akan tetapi saya sesungguhnya tidak sependapat dengan sistem yang digunakan untuk mengevaluasi manajer pelaksana. Dalam suatu pelaksanaan rencana baru yang ditempatkan seperti bagian program orientasi perusahaan saya, saya tidak sengaja menemukan bahwa manajer pelaksana menimbun beberapa celana panjang yang dihasilkan melebihi pesanan. Dia melakukan hal ini untuk melindungi dirinya sendiri yang berlawanan dengan kekurangan produksi di masa yang akan datang. Saya mencurugai bahwa manajer pelaksana tidak bersungguh – sungguh meningkatkan produksi secara maksimum.

Analisis Masalah

1. Grand Jean memiliki organisasi fungsional dan hal itu menyebabkan beberapa kelemahan: tidak ada cara nyata untuk menentukan efektivitas divisi fungsional terpisah (produksi dan pemasaran). Namun, ada kesenjangan yang nyata dalam organisasi karena divisi pemasaran lebih tinggi diberikan dari manajer produksi.

2. Tom Wicks, mengatakan bahwa perusahaan menggunakan kontraktor luar dalam memproduksi celana. Mereka telah bekerja sama selama 30 tahun. Apakah kontaktor yang bekerja sama dengan Grand Jean Company dapat selalu memenuhi jumlah kuota produksi yang di tetapkan oleh Grand Jean Company????

3. Bagaimana penentuan harga antara pihak kontraktor dengan Grand Jean Company?????

Kritik Terhadap Paper

  1. Tidak ada penjelasan tentang anak perusahaan nya yang ada di luar negeri.
  2. Tidak menjelaskan secara jelas 25 manufaktur yang ada di Grand jean Company.
  3. Tidak menjelaskan nama – nama kontraktor yang bekerja sama dengan Grand Jean Company.

Kesimpulan

Dari permasalahan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pengendalian manajemen yang di pakai oleh Grand Jean Company sudah baik, karena wakil direktur selalu memantau dan mengecek setiap bulan bagaiamana kondisi dari setiap manajer dengan cara menelepon stiap manajer pelaksana.

Daftar Pustaka

Anthony.Robert N dan Govindarajan.Vijay . Sistem Pengendalian Manajemen edisi 11. Jakarta: Penerbit Salemba Empat,2005.

http://yulianadede.blogspot.com/

http://www.oppapers.com/essays/Grand-Jean-Company/185556

http://prasetyo-utomo.blogspot.com/2010/06/grand-jean-company.html

ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi

ED PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi merupakan adopsi dari IAS 29 Financial Reporting in Hyperinflationary Economies. IAS 29 ini berkaitan dengan penyajian kembali laporan keuangan ketika terjadi ekonomi hiperinflasi dalam mata uang pelaporan entitas. Dalam kondisi semacam ini, laporan keuangan entitas disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Selain itu, pos-pos terkait di periode sebelumnya disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan, dan laba rugi atau posisi moneter neto diakui dalam laporan laba rugi dan diungkapkan terpisah.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi terdiri dari paragraf 1 – 40. Seluruh paragraf tersebut memiliki kekuatan mengatur yang sama. Paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring mengatur prinsip-prinsip utama. PSAK 63 harus dibaca dalam konteks tujuan pengaturan dan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan. PSAK 25 (revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan memberikan dasar memilih dan menerapkan kebijakan akuntansi ketika tidak ada panduan yang eksplisit. Pernyataan ini tidak wajib diterapkan untuk unsur-unsur yang tidak material.

Pendahuluan

Pernyataan ini diterapkan untuk laporan keuangan, termasuk laporan keuangan konsolidasian, dari setiap entitas yang mata uang fungsionalnya adalah mata uang dari suatu ekonomi yang mengalami hiperinflasi (selanjutnya disebut ekonomi hiperinflasi.

Dalam ekonomi hiperinflasi, pelaporan hasil operasi dan posisi keuangan dalam mata uang lokal tanpa penyajian kembali tidak bermanfaat. Uang menjadi kehilangan daya beli sedemikian rupa sehingga perbandingan jumlah dari transaksi dan kejadian lain dari waktu ke waktu, bahkan dalam periode akuntansi yang sama, menjadi menyesatkan.

Pernyataan ini tidak menetapkan pada tingkat inflasi tertentu dianggap terjadi hiperinflasi. Pertimbangan diperlukan dalam penentuan kapan penyajian kembali laporan keuangan perlu dilakukan sesuai dengan pernyataan ini. Karakteristik dari lingkungan ekonomi suatu negara yang merupakan indikasi bahwa negara tersebut mengalami hiperinflasi antara lain:

a. penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk aset nonmoneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya beli;

b. penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga mungkin dikuotasikan dalam mata uang asing tersebut;

c. harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;

d. suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan

e. tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.

Semua entitas yang menyusun laporan keuangan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi yang sama dianjurkan menerapkan Pernyataan ini dari tanggal yang sama. Namun, Pernyataan ini diterapkan atas laporan keuangan setiap entitas sejak awal periode pelaporan ketika entitas mengidentifikasi adanya hiperinflasi di negara yang mata uangnya digunakan oleh entitas tersebut untuk menyusun laporan keuangan

Penyajian kembali laporan keuangan

Laporan keuangan entitas yang mata uang fungsionalnya merupakan mata uang ekonomi hiperinflasi, berdasarkan pendekatan biaya historis atau pendekatan biaya kini, disajikan dalam unit pengukuran yang berlaku pada akhir periode pelaporan. Angka-angka terkait untuk periode sebelumnya yang disyaratkan oleh PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan dan setiap informasi dalam periode sebelumnya juga disajikan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan. Untuk tujuan penyajian jumlah komparatif dalam mata uang penyajian yang berbeda, diterapkan PSAK 10 (revisi 2010): Pengaruh Perubahan Kurs Valuta Asing paragraf 42(b) dan 43.

Keuntungan atau kerugian atas posisi moneter neto dimasukkan dalam laporan laba rugi dan diungkapkan secara terpisah.

Laporan Keuangan Biaya Historis
Laporan Posisi Keuangan

Aset dan liabilitas, melalui perjanjian, yang terhubung dengan perubahan harga misalnya index linked bonds and loans, disesuaikan sesuai dengan perjanjian untuk memastikan jumlah saldo pada akhir periode pelaporan. Pos-pos tersebut dicatat pada jumlah yang telah disesuaikan dalam laporan posisi keuangan yang disajikan kembali.

Investee yang mencatat dengan metode ekuitas dapat membuat laporan dalam mata uang ekonomi hiperinflasi. Laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi komprehensif investee tersebut disajikan kembali sesuai dengan Pernyataan ini untuk mengitung bagian investor atas aset neto dan laba rugi. Ketika laporan keuangan investee yang disajikan kembali dinyatakan dalam mata uang asing, maka laporan keuangan tersebut dijabarkan pada kurs penutup.

Pengaruh inflasi biasanya diakui dalam biaya pinjaman. Hal yang tidak sesuai untuk menyajikan kembali pengeluaran modal yang dibiayai dengan pinjaman serta mengkapitalisasi bagian biaya pinjaman untuk mengkompensasi inflasi selama periode yang sama. Bagian biaya pinjaman ini diakui sebagai beban dalam periode saat biaya terjadi.

Entitas dapat memperoleh aset dalam perjanjian yang mengizinkan entitas untuk menangguhkan pembayaran tanpa menimbulkan beban bunga eksplisit. Ketika entitas tidak praktis untuk menentukan jumlah bunga, maka aset tersebut disajikan kembali dari tanggal pembayaran dan bukan tanggal pembelian.

Pada awal periode pertama kali penerapan Pernyataan ini, komponen ekuitas, kecuali saldo laba dan surplus revaluasi, disajikan kembali dengan menggunakan indeks harga umum dari tanggal komponen ekuitas tersebut dikontribusikan atau muncul. Surplus revaluasi yang timbul dalam periode sebelumnya dieliminasi. Saldo laba yang disajikan kembali berasal dari seluruh jumlah lain dalam laporan posisi keuangan yang disajikan kembali.

Pada akhir periode pertama dan periode selanjutnya, seluruh komponen ekuitas disajikan kembali dengan menerapkan indeks harga umum dari awal periode atau tanggal kontribusi, jika lebih belakangan. Perpindahan dalam ekuitas pemilik selama periode diungkapkan sesuai dengan PSAK 1 (revisi 2009): Penyajian Laporan Keuangan.

EKONOMI BERHENTI MENJADI HIPERINFLASI

Jika ekonomi berhenti menjadi hiperinflasi dan entitas menghentikan penyusunan dan penyajian laporan keuangan sesuai dengan Pernyataan ini, maka entitas memperlakukan jumlah yang dinyatakan dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan sebelumnya sebagai dasar jumlah tercatat dalam laporan keuangan selanjutnya.

PENGUNGKAPAN

Entitas membuat pengungkapan berikut:

a. fakta bahwa laporan keuangan dan angka yang terkait dalam periode sebelumnya telah disajikan kembali untuk perubahan dalam daya beli umum dari mata uang fungsional dan, sebagai akibatnya, disajikan kembali dalam unit pengukuran kini pada akhir periode pelaporan;

b. laporan keuangan berdasarkan pada pendekatan biaya historis atau pendekatan biaya kini; dan

c. nama dan tingkat indeks harga pada akhir periode pelaporan dan perpindahan dalam indeks tersebut selama periode pelaporan kini dan sebelumnya.

Pengungkapan yang disyaratkan oleh Pernyataan ini diperlukan untuk menjelaskan dasar atas perlakuan pengaruh inflasi dalam laporan keuangan. Pengungkapan tersebut juga dimaksudkan untuk memberikan informasi lain yang diperlukan untuk memahami dasar dan jumlah yang dihasilkan.

Di kutip dari Ikatan Akuntan Indonesia